Senin, 26 November 2012

Susunan Pengurus Dewan Pastoral Paroki


SUSUNAN PENGURUS
DEWAN PASTORAL PAROKI SANTA PERAWAN MARIA GRESIK
Periode 2011 – 2014


Ketua Umum                           Romo Donatus Suwadji, CM

Wakil Ketua Umum               Romo Laurentius Karsiyanto CM.

Ketua Pelaksana Harian       Cornelius Hendro Anindito

Sekretaris   I                           Demetrius. Suryanto
Sekretaris   II                          Johanes Erika Andri Yusetya

Bendahara I                            Agustinus Mulyo Anto
Bendahara II                           Andreas Setiabudi

Ketua Bidang I: Pembinaan                     Suzana Darmani Ari

Seksi BIAK                           Trivina Padmi Andayani
Fransisca Rini Widiastuti
Theresia Tuti Harijati
Ennatha Pudji Rahayu
Paskalina Darti

Seksi REKAT                        Fransiska Ida Kristiani
Maria Theresia Dewi Ratnawati
MV. Isi Dwiati Sihotang
Brigita Trinugraheni Apriastuti

Seksi Orang Muda              Theodolus Indiananta Widariono
FX. Iga Kuncara Ardi Pradana
Andreas Galih Laksono
R A. Radya Purna Wijaya

Seksi Pastoral Keluarga     Vincentius Slamet Wariyanto
Stephanus Subandi
Yakobus Bambang Indriatmo

Ketua Bidang II: Sumber Iman               Yakobus Bambang Indriatmo

Seksi Liturgi                         JM. Sudadi Gesang Sirogo
Gregorius  Purwanto
Paulus Bayu Cahyono Nugroho
Theresia. Sriyani Tombokan
Irene Ken Wahyu Puspantari
Caecilia Retno Wuryaningrum
Athanasius Triwahono

Seksi Kitab Suci                  Stephanus Dwi Atmanu
Gaspar Jehar
Bartholomeus Pantung

Seksi Pewartaan                   Stefanus Setyo Widiyanto
Johanes Juman Gelang
Fransisca Nanik Suhartini

Ketua Bidang III, Kerasulan Khusus       FX. Purwadi

Seksi Komsos                       Y. Febriyanto Siswanto Utomo
Bernadus Nova Barcelona
Lucia Aprianti Sisworini
Ignatius Indra Wijayanto

Seksi Pendidikan                 Maria Syeni Soen Nio
Markus Gambur

Seksi Karya Misioner         Antonius  Sihotang
MJ. Bambang Eko Wiyono
Agnes Theresia Diana Nerawati

Ketua Bidang IV, Kerasulan Umum       Petrus Kaswariyanto

Seksi PSE                              Chatarina  Widowati
AM. Sri Haryani Yuliastuti
Eveline Magdalena Piculima

Seksi Kerawam dan HAK    Yohanes Irfan
Vincentius Sugeng Haryono

Sabtu, 24 November 2012

Sejarah Paroki


Paroki Santa Perawan Maria Gresik


Setelah sekian lama menunggu, akhirnya Paroki Santa Perawan Maria Gresik yang berlokasi cukup jauh dari paroki-paroki yang ada di lingkungan regio Surabaya Barat mendapat jawaban atas keinginan mempunyai gedung gereja yang jauh lebih besar dan luas untuk menampung pesatnya perkembangan umat di paroki ini. Paroki Santa Perawan Maria Gresik yang tergolong relatif muda semenjak diresmikan pada tanggal 22 Desember 1996 mempunyai berbagai kisah suka dan duka, keprihatinan, dan tantangan mengisi kisah perjalanan paroki ini semenjak dirintis pertama kalinya hingga saat ini dimana Paroki Santa Perawan Maria Gresik akhirnya mempunyai gedung gereja baru yang representatif bagi dinamika umatnya. Hal tersebut dirasa pencapaian yang luar biasa bagi umat di paroki tersebut mengingat begitu sulit dan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan ijin membangun gereja yang jauh lebih besar dan mampu merealisasikan keinginan tersebut. Dengan diresmikannya gedung gereja baru pada tanggal 7 Juni 2009, merupakan hasil kerja keras atas usaha para pendahulu yang dimulai semenjak tahun 1932. Dari perjalanan sejarah dari awal hingga menjadi paroki, ada beberapa tahapan masa yang dilalui oleh paroki ini, yaitu: Masa Perintisan (1958 – 1965), Masa Pembangunan Fisik (1966 – 1975), Masa Pengembangan Stasi (1976 – 1990), dan Masa Persiapan Paroki (1991 – 1996).


Masa Perintisan (1958 – 1965)


Berdasarkan ingatan para sesepuh yang entah mengikuti ataupun mendengar awal mula komunitas kecil Katolik di kota Pudak ini, sekitar tahun 1932 sudah ada beberapa umat Katolik yang sering merayakan ekaristi di sebuah gedung pengadilan di sekitar jalan Basuki Rahmat sekarang. Memang tidak ada informasi yang jelas berapa orang, ataupun apakah mereka orang asli Gresik ataupun pendatang. Namun menurut informasi yang ada, Pastor yang melayani ekaristi di gresik adalah Pastor Massen, CM.
Tahap persiapan menjadi stasi dimulai pada 5 September 1958 ditandai dengan penugasan FX Rahardjo oleh Pastor Van Aarsen, CM untuk menghimpun umat agar dapat merayakan ekaristi yang teratur. Perayaan dilaksanakan satu bulan sekali di gedung PLN (rumah Bpk. Sukodiharjo di jalan Raden Santri). Ada sekitar 20 umat yang hadir. Pada saat yang sama pelajaran agama untuk anak-anak mulai diadakan. Pengurus umatpun segera dibentuk. Sebagai ketuanya adalah Sukodihardjo dibantu oleh dr. Kwa Song Jie dan FX Rahardjo.
Tahun 1960, jumlah umat menjadi sekitar 70 orang dan perayaan misa pun diadakan seminggu sekali. Tempat perayaanpun diperluas hingga bagian belakang rumah. Pastor yang ditugaskan melayani misa adalah Van Aarsen, CM dan Windrich Pr. Satu tahun kemudian pelajaran katekumen mulai dilaksanakan dan WKRI Gresik pun dibentuk dengan Ketua Ibu Sahid, penulis Ibu Rahardjo, bendahara Ibu F. Kwa Song Jie, Ibu Sutomo serta Ibu Sukodihardjo sebagai pembantu.
Pada tahun 1963, jumlah umat semakin berkembang yaitu mencapai 150 orang. Perayaan natal pertama kali dilaksanakan di sebuah sekolah dasar bernama SD Setia Budhi. Para pastor yang melayani waktu itu adalah Van Aarsen CM, Windrich Pr, dan Heuvelmans CM. Tempat untuk perayaan misapun berpindah lagi ke rumah The Kie Theng di jalan K.S. Tubun dalam bentuk kapel.
Pada Tahun 1964 sekitar 30 anak mendapatkan sakramen baptis, sehingga jumlah umatpun bertambah sekitar 180 orang. Dikarenakan Bapak dan Ibu Sukodihardjo pindah ke kota lain, maka pengurus kelompok umat digantikan oleh dr. Kwa Song Jie sebagai ketua, Bapak FX Rahardjo sebagai penulis, Ibu F. Kwa Song Jie sebagai bendahara dan seksi usaha dipegang oleh Bapak Liem Ing Tiong serta WKRI.
Pada tahun 1965, tempat untuk perayaan misa berpindah kembali ke rumah Tjoa Sie Thwan (Jl. Wachid Hasyim). Saat itu sekitar 40 remaja dan 60 dewasa mendapatkan sakramen baptis sehingga jumlah umat mencapai 280 orang. Pada masa itu, dana mulai dihimpun untuk membeli tanah sebagai persiapan pembangunan gereja dengan mengadakan berbagai pertunjukan, bazaar, dan menggalang dana dari para donator dan simpatisan di luar negeri.


Pembangunan Fisik (1966 – 1975)


Pada tahun 1966, dari dana yang terkumpul rencanannya akan digunakan untuk membeli sebidang tanah seluas 8.400 m2 seharga Rp. 5 juta. Namun dari dana yang ada masih belum mencukupi untuk membeli seluruhnya. Menurut catatan sertifikat, luas tanah yang terbeli seluas 7.130 m2.
Pada tahun-tahun ini, para pastor yang melayani umat diwilayah ini adalah heuvelmans CM, Tondo Wijoyo dan Harjo CM. Pernah suatu ketika Duta besar Vatikan berkenan mengunjungi umat setelah pemberkatan pembangunan pabrik Petrokimia Gresik yang kebetulan dikerjakan oleh kontraktor Italia.
Pada tahun 1967, berkat dukungan Pastor Ylst CM dan Pastor heuvelmans CM, simpatisan serta umat, bangunan gereja mulai dikerjakan dan diresmikan oleh Bapa Uskup Surabaya yaitu Yohanes Klooster CM pada tanggal 16 Desember 1967. Sejak itu, tanggal tersebut menjadi hari stasi dan umat memilih pelindung Beata Mariae Virginae atau Santa Perawan Maria. Dan stasi Gresik menjadi bagian wilayah Paroki Kelahiran Santa Perawan Maria Kepanjen. Dan tahun-tahun berikutnya, pembangunan gereja dilanjutkan dengan pembangunan kelengkapan gereja seperti pastoran, bangsal dan pengadaan perlengkapan gereja. Sejak tahun 1975, Ylst CM digantikan oleh Tandyasukmana CM untuk melayani dan mengembangkan gereja stasi Santa Perawan Maria Gresik.


Masa Pengembangan Stasi (1976 – 1990)


Dikarenakan gedung gereja tidak lagi mampu menampung jumlah umat yang selalu bertambah, maka pada tahun 1981, gereja mengalami perluasan dengan membangun bangunan tambahan sehingga maampu melayani umat dalam mengikuti seluruh perayaan liturgi. Pada tanggal 19 Agustus 1984, umat stasi Gresik memiliki sebuah gua Maria yang telah diresmikan oleh Bapa Uskup Surabaya Mgr. A.J. Dibyokaryono, Pr.
Semenjak Pastor Tandyasukmana melayani stasi Gresik kepengurusan stasi mulai dibentuk dan disesuaikan dengan kebutuhan umat dengan dibantu oleh pengurus stasi. Sebanyak 8 lingkungan dibentuk agar memudahkan usaha pastoral bagi umat stasi.


Masa Persiapan menjadi Paroki (1991 – 1996)


Keinginan umat untuk menjadi paroki semakin menguat. Tanggapan Bapa Uskup waktu itu adalah umat diharap bersabar dan menyiapkan diri karena menjadi sebuah paroki bukanlah hal yang mudah. Untuk itu, pengurus stasi mulai mempersiapkan tenaga-tenaga yang lebih muda, untuk membantu reksa pastoral baik ditingkat stasi maupun lingkungan.
Pada saat Keuskupan Surabaya secara resmi memiliki uskup baru yakni Mgr. Y. Hadiwikarto, Pr pada tanggal 25 Juli 1994, umat stasi Gresik secara resmi mengungkapkan keinginan status stasi ditingkatkan menjadi paroki. Meski jumlah umat yang ada masih terlalu kecil menjadi paroki namun pada tahun 1996, umat stasi Gresik mendapat kabar gembira bahwa stasi Gresik adalah salah satu stasi yang akan ditingkatkan menjadi paroki. Untuk itu, panitia peresmian paroki memulai menyiapkan segala sesuatunya termasuk memperbaiki bangunan pastoran agar layak ditinggali oleh pastor paroki. Dan akhirnya pada tanggal 22 Desember 1996 stasi Gresik resmi berganti status menjadi paroki dengan tetap memilih pelindung Santa Perawan Maria dengan Pastor paroki yang pertama yaitu pastor E. Rahmat CM.
Dalam perjalanan waktu, paroki Santa Perawan Maria Gresik terus menunjukkan perkembangan yang cukup besar terutama dari segi jumlah umat. Dari tahun ke tahun, kebutuhan gedung gereja yang memadai  agar mampu menampung seluruh umat pada saat perayaan besar seperti perayaan Natal setiap tahunnya. Dan gagasan tersebut mendapatkan respon yang posistif baik dari pastor paroki dan dari pihak keuskupan. Dengan dukungan Keuskupan tersebut melalui surat ijin dari uskup tertanggal 24 Oktober 2000 dimulailah usaha untuk mempersiapkan pembangunan gereja baru baik dari segi kepanitiaan, dana, pengurusan IMB, dan konsep kerangka dasar rencana fisik yang dibantu oleh Bapak Harry Widayanto dari Paroki Santo Yusup Kediri. Pada tanggal 29 Desember 2006 akhirnya didapatkan ijin untuk membangun gereja baru melalui Peraturan Bupati Gresik No. 816 tahun 2006.
Setelah sekitar 3 tahun pembangunan fisik gedung, pada tanggal 7 juni 2009, Bapa Uskup Surabaya Mgr. Vincentius Sutikno Wisaksono, Pr. meresmikan gedung gereja baru Paroki Santa Perawan Maria yang disaksikan seluruh umat dan para donator yang secara khusus diundang dalam acara ini. Hal ini menjadi tugas para pengurus Dewan Pastoral Paroki untuk semakin baik dalam melayani umat dan pengembangan iman umat di masa mendatang.


Sekilas Pandang Paroki Santa Perawan Maria Gresik.


Paroki Santa Perawan Maria berada dalam wilayah hukum Kabupaten Gresik yang luas daratannya sekitar 1.192,25 km2 yang berbatasan dengan Surabaya, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan. Kabupaten Gresik termasuk wilayah yang kurang subur untuk bercocok tanam sehingga bukan sector pertanian yang diunggulkan. Sedangkan sektor pariwisata tidak terlalu memiliki lokasi yang menarik kecuali daerah pesisir pantai. Sehingga pemerintahan daerah memilih untuk mengembangkan daerah industri yang memberikan kontribusi yang tidak kecil  bagi pembangunan.
Mengingat di Kabupaten Gresik, ada 2 tokoh yang sangat mempengaruhi corak budaya dan ciri khas yaitu Sunan Giri dan Sunan Maulana Malik Ibrahim, maka tidak heran di Gresik terdapat cukup banyak pondok pesantren sehingga Gresik terkenal dengan sebutan Kota Santri. Kehadiran Pondok pesantren dengan para santrinya telah menciptakan lahan bisnis tersendiri bagi masyarakat Gresik khususnya kebutuhan pakaian khas para santri laki-laki seperti songkok dan sarung. Dua produk ini cukup mampu berbicara ditingkat internasional dan dianggap sebagai sentra industri songkok dan sarung terbesar di Indonesia.
Paroki Santa Perawan Maria Gresik yang didirikan pada tahun 1996 sebelumnya merupakan salah stasi dari Paroki Kepanjen, Surabaya. Di tengah-tengah mayoritas penduduk yang beragama Islam, Paroki Santa Perawan Maria Gresik mengalami perkembangan yang cukup signifikan dari tahun ke tahun baik dari kuantitas jumlah umat maupun dari segi perkembangan fisik gereja. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk di Kabupaten Gresik, sekitar 1.029.885 jiwa (thn 2007), umat Katolik cukup kecil yaitu 1.300 jiwa atau 0,13% meski tiap tahunnya umat paroki ini bertambah. Seperti yang tercatat baptisan baru yaitu pada tahun 2007 sekitar 57 orang, tahun 2008 sekitar 35 orang sedangkan tahun 2009 sebanyak 37 orang. Hanya saja tidak ada data yang menunjukkan berapa orang yang berpindah agama.
Data terakhir yang didasarkan sensus paroki 2001, umat paroki berjumlah 1.400 jiwa yang terbagi dalam wilayah territorial yaitu 2 Wilayah yaitu wilayah satu dan wilayah dua; dan 1 stasi yaitu Stasi Lamongan; serta 13 lingkungan antara lain di wilayah I terdapat lingkungan St. Hironimus (40 KK), lingkungan Yohanes Rasul (35 KK), lingkungan Yohanes Pemandi (50 KK), lingkungan Petrus (30 KK), lingkungan Andreas (22 KK); sedangkan di wilayah II terdapat lingkungan Antonius (25 KK) , lingkungan Vinsensius (30 KK), lingkungan Fransiskus Xaverius (25 KK), lingkungan Yosep (28 KK), lingkungan Anna (30 KK), lingkungan Paulus (35 KK) serta lingkungan-lingkungan di Stasi Santo Fransiscus Xaverius Lamongan antara lain lingkungan Markus (20 KK) dan lingkungan Sang Timur (23 KK). Mayoritas umat adalah pendatang dari kota-kota seperti Jogjakarta, Blitar, Malang dan dari kota-kota di NTT. Mereka bekerja di sektor industri antara lain 2 pabrik yang cukup besar yaitu PT Semen Gresik dan PT Petrokimia. Sedangkan umat lainnya adalah keturunan China yang umumnya bekerja di sektor perdagangan.
                Kesibukan kerja dan pola kerja yang bersifat giliran atau shift agak mempersulit reksa pastoral yang bersifat territorial. Kegiatan lingkungan cenderung cukup hidup, meski hanya dipenuhi oleh orang-orang yang sering terlibat didalamnya namun reksa pastoral masih belum cukup menjangkau sebagian besar umat. Untuk itu paroki sangat membutuhkan gerakan-gerakan baru dan reksa pastoral kreatif yang bersifat kategorial-fungsional. Selain itu juga, kondisi social-ekonomi umat paroki juga memiliki karakteristik khusus. Sebagian umat menduduki posisi penting di perusahaan besar seperti PT Semen Gresik dan PT Petrokimia juga menjabat posisi penting dalam Dewan Pastoral Paroki. Pola kepemimpinan dan pengelolaan sangat diwarnai oleh latar belakang mereka di perusahaan tempat mereka bekerja. Dan membawa konsekuensi bahwa kesenjangan tingkat social-ekonomi tidak jarang menimbulkan persoalan yang serius.
                Umat Paroki Santa Perawan Maria Gresik cenderung apresiatif dalam setiap kegiatan menggereja. Kebutuhan untuk membangun hidup berkomunitas dalam iman relative tinggi mengingat hal tersebut merupakan kompensasi dari kepenatan bekerja di pabrik. Namun ada satu persoalan yang menghambat pelaksanaan kegiatan paroki adalah persoalan waktu. Praktis hampir semua kegiatan efektif dilaksanakan hanya pada hari Minggu karena hari itu waktu sebagian umat tidak bekerja sedangkan di hari lainnya mereka sangat terikat dengan waktu shift kerja di perusahaan masing-masing. Oleh karena itu, tidak banyak kelompok kategorial yang dapat bertahan dan berkembang selain kelompok-kelompok seperti WKRI, ME, MUDIKA, MISDINAR, BIAK, REKAT, KELOMPOK KITAB SUCI, KELOMPOK KOOR CAECILIA, dan KELOMPOK LANSIA “BAPA ABRAHAM”. Kegiatan selain dari kelompok-kelompok tersebut sangat sulit untuk berkembang, sebagai contohnya adalah Legio Maria, ataupun kelompok-kelompok kategorial lain yang begitu berkembang di paroki lainnya.
                Dari 5 tugas Gereja – persekutuan, pewartaan, pengudusan, pelayanan dan kesaksian – prioritas kegiatan pastoral yang dilaksanakan oleh Dewan Pastoral Paroki menitik beratkan pada pembinaan-pembinaan umat yaitu pastoral kaum muda, pastoral keluarga dan katekese yang integratif dan kontekstual. Terlebih dengan adanya Arah Dasar Keuskupan Surabaya, program pengembangan umat semakin terencana dan terorganisir dengan baik. Hal itu sangat memudahkan pengurus dewan pastoral paroki untuk menyusun prioritas program-program dalam mengembangkan umat. Di sisi lain, kegiatan-kegiatan rutin liturgis masih membutuhkan penyempurnaan yang terus menerus mengajak umat semakin kreatif dan konsisten membangun kegiatan liturgis semakin baik dan sesempurna mungkin.
                Dari paroki-paroki yang berada di lingkungan Kevikepan Surabaya Barat, hanya Paroki Gresik yang belum mempunyai sarana-sarana seperti sekolah Katolik dan klinik ataupun BKIA bahkan biara sekalipun sampai saat ini. Sebagai akibatnya, banyak umat paroki ini mencari layanan dari lembaga-lembaga tersebut di Surabaya karena memang jarak antar kota cukup berdekatan. Entah mengapa baik sekolah Katolik, klinik atau BKIA belum juga direncanakan untuk didirikan melayani umat paroki maupun masyarakat di Gresik meski kebutuhan akan hadirnya lembaga-lembaga tersebut cukup besar dalam membantu perkembangan dan pembinaan umat di kota industri dan kota santri ini.
                Sejalan dengan perkembangan umat, saat ini paroki masih membutuhkan beberapa sarana dan prasarana yang memadai untuk memfasilitasi kegiatan umat yang semakin majemuk. Hal ini terlihat ketika banyak kelompok entah kategorial ataupun dari pengurus dewan harus berebut untuk mendapatkan tempat atau ruang pertemuan setiap hari minggunya. Di sisi lain, rumah pastoran yang saat ini ada juga masih belum mencukupi bagi para pastor yang bertugas di paroki ini. Untuk itu, beberapa saat yang lalu, dewan pastoral paroki membuat keputusan untuk membangun bangunan rumah pastoran baru yang layak bagi para pastor yang bertugas.  

Para Pastor

Pastor Kepala Paroki :
Romo D. Suwadji ,CM

Pastor Rekan :
Romo L. Karsiyanto ,CM